DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kelas
- Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif
- Masalah dalam Pengelolaan Kelas
- Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
- Strategi Pengelolaan Kelas yang Efektif
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
- Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sekolah
adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi
dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang
optimal. Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa
dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pelajaran.
Dalam kelas
segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala
kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum
dengan segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan
segala perangkatnya, materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok
bahasannya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu, selayaknya
kelas dimanajemeni secara baik dan professional.
Di sini
jelas bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu
pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan
tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas
demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut
secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang
kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan
guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang
dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud pengelolaan
kelas?
2. Apa tujuan dari pengelolaan kelas
yang efektif?
3. Apa saja masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan kelas?
4. Apa peran guru dalam pengelolaan
kelas?
5. Bagaimana strategi pengelolaan kelas
yang efektif?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian pengelolaan
kelas.
2. Mengetahui tujuan dari pengelolaan
kelas yang efektif.
3. Mengetahui masalah dalam pengelolaan
kelas.
4. Mengetahui peran guru dalam
pengelolaan kelas.
5. Mengetahui strategi pengelolaan
kelas yang efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengelolaan Kelas
Kata manajemen berasal dari bahasa
Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan.
Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerja to
manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan
manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004)
Suharsimi mengatakan bahwa manajemen
atau pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu
kegiatan (Djamarah, 2006:175).
Secara umum,
manajemen adalah suatu kegiatan untuk menciptakan dan memertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar di dalamnya
mencakup pengaturan siswa dan fasilitas, yang dikerjakan mulai terjadinya
kegiatan pembelajaran di dalam kelas sampai berakhirnya pembelajaran di dalam
kelas.
Sedangkan pengertian umum
mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Definisi
pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan
Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini.
1. Pengelolaan kelas yang
bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan
2. Pengelolan kelas yang bersifat
permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru adalah memaksimalkan
perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa
bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru
menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah
3. Pengelolaan kelas yang
berdasarkan prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral
modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku
siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak
diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku
yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan
(reinforcement).
4. Pengelolaan kelas sebagai proses
penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini
mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal
di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana
seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan guru adalah
mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan
hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah
seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
5. Pengelolaan kelas yang bertolak dari
anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group
process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa
pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian,
kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti
terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual.
Peranan guru adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas
yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan
guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif
(Depdikbud, 1982).
Disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan
tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di
kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu,
penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang
(peserta didik) dan fasilitas yang ada.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif
Tujuan
pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya
terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan
sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Suharsimi Arikunto (dalam Djamarah
2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisian.
Jadi,
pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi di dalam kelompok kelas
yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai
dengan kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai dan agar setiap anak dikelas dapat bekerja
dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien serta agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan
berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga
tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.
C.
Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Untuk dapat
menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:
1. Mengenali secara tepat berbagai
jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok
dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3.
Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan
masalah yang dimaksud.
Ada dua
jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu:
a. Masalah Individual
Penggolongan masalah individual ini
didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada
pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk
memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu:
1. Attention getting behaviors (pola
perilaku mencari perhatian).
Seorang
siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana
hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif)
bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari
perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak
(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya,
singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif
dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta
bantuan orang lain.
2. Power seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku
mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam.
Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya
pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan
menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif
tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan
secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
3. Revenge seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang
menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama
siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan
anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka
bukan pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka
menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif.
Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas
dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak
patuh (suka menetang).
4. Helplessness (peragaan
ketidakmampuan).
Siswa yang
memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha
mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap
menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya, bahkan siswa ini
menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.
Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah
laku mengundurkan atau mengucilkan diri. Sikap yang memperlihatkan
ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Keempat masalah individual tersebut
akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak
hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain
atau kelompok.
a. Masalah Kelompok
Dikenal
adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
1. Kurangnya kekompakan
Kurangnya
kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurangcocokkan (konflik) diantara
para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis
kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini.
Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak
sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa
di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga
mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Siswa tidak
saling bantu membantu.
2. Kekurang mampuan mengikuti peraturan
kelompok
Jika suasana
kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan kelas yang telah
ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurangmampuan mengikuti
peraturan kelompok. Contoh masalah ini adalah berisik, bertingkah laku
mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang, berbicara
keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang
bekerja di tempat duduknya masing-masing, dorong-mendorong atau menyela waktu antri
di kantin.
3. Reaksi negatif terhadap sesama
anggota kelompok
Reaksi
negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar
yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok
itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota
kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap
“menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan
kelompok.
4. Penerimaan kelas (kelompok) atas
tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan
kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh umum adalah perbuatan
memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar yang “lucu” tentang
guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah
berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang
menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan
atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
Masalah
kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran
kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal
yang sebenarnya tidak berarti bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk
mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi adalah
para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil.
Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan
kekhawatiran.
6. Ketiadaan semangat, tidak mau
bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah
kelompok yang paling rumit adalah apabila kelompok itu melakukan protes dan
tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas,
kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan
lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya
protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan
penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan
Ketidakmampuan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi
apabila kelompok (kelas) mereaksi
secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian
keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok,
perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu
terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu, mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi adalah
tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal
biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Untuk mengatasi masalah dalam
pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan:
1. Behavior Modification Approach
(Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang
mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk”
individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola
kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina
perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku
negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif harusnya
dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat hanya akan menimbulkan
masalah baru.
2. Socio Emotional Climate Approach
(Humanistic Approach)
Asumsi yang
mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang
baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik
dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik dan guru menduduki posisi
penting bagi terbentuknya iklim sosioemosional yang baik:
3. Group Process Approach
Asumsi yang
mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung
dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara
kelompok yang produktif dan kohesif.
4. Pendekatan Otoriter
Pandangan
yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk
nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas
sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila
timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka
perlu adanya pendekatan:
1. perintah dan larangan
2. penekanan dan penguasaan
3. penghukuman dan pengancama
4. Pendekatan perintah dan
larangan
a. Pendekatan Permisif
Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas
merupakan seperangkat kegiatan pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar
untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat
menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk pendekatan dalam
pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan
pada diri pembelajar:
1. Tindakan pendekatan pengalihan dan
pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan
pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar.
2. Meremehkan sesuatu kejadian, atau
tidak melakukan apa-apa.
3. Memberi peluang kemalasan dan
menunda pekerjaan
4. Menukar dan mengganti susunan
kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya Menukar kegiatan salah satu
pembelajar, digantikan oleh orang lain.
5. Mengalihkan tanggungjawab kelompok
kepada seorang anggota.
b. Pendekatan membiarkan dan memberi
kebebasan
Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu
menaikkan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri
dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang
menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif
mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau
disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan
kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan
tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggungjawab dalam kelompok atau
kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang
atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa
kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala
yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
C.
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Adam dan Decey (dalam Usman, 2003)
mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi
sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang
memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan
menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan
bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya
sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat
diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b. Guru Sebagai Evaluator
Evaluator
atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap
pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun
kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi.
Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain mengetahui, mengerti,
mengaplikasikan, analisis, sintesis (analisis dalam berbagai sudut), evaluasi.
c.
Guru Sebagai
Pengelola Kelas
Manager
mengelola kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan
menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru sebagai
pengelola kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang
tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas: merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran dan memotivasi, mendorong, serta menstimulasi siswa. Ada 2
macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan
reaward. Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam
rangka mencapai tujuan pembelajar
d. Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru
harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan digunakan
bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus
dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan
menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam
merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran.
Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang
harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap
dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran di dalam kelas banyak
macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT.
D. Strategi Pengelolaan Kelas yang
Efektif
a. Mengelola kelas Keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pada juga memeliharaan kondisi belajar yang optimal.
Menunjukkan
Sikap Tangkap Menggambarkan tingkah laku guryu yang tampak pada siswa, bahwa
guru sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak
acuan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka.
Kesan ketanggapan ini dengan cara:
a. Memandang Secara Saksama
b. Memberikan Pernyataan
c. Gerak Mendekati
d. Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan
Dan Ketakacuan Siswa
e. Membagi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif
terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang
berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
a.
Visual
Hal ini
mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak
kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu.Keterampilan ini
digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi
kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang
mengganggu.
b.
Verbal
Guru dapat
memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan
oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru
menguasai kelas.
1. Memusatkan Perhatian
2. Menyiagakan Siswa
3. Menuntut Tanggung Jawab Siswa
4. Memberikan Petunjuk yang Jelas
5. Menegur
Tidak semua tingkah laku yang
mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah atau dihindari dengan baik,
sehingga guru harus melakukan teguran secara verbal atau memperingatkan siswa.
Teguran itu efektif jika:
1. Tegas dan jelas tertuju kepada siswa
yang mengganggu.
2. Menghindari peringatan yang kasar
dan menyakitkn serta mengandung penghinaan.
3. Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang
berkepanjangan.
4. Guru dan siswa lebih baik mengadakan
kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan
5. Memberi Penguatan
Apabila terdapat anak didik yang
menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah mencoba memadamkan
dengan tanggapan yang relevan tetap saja terjadi kembali, guru dapat meminta
bantuan:
1. Kepala Sekolah
2. Konselor/BP
3. Waka kesiswaan untuk membantu
mengatasinya.
Strategi yang efektif dan harus
diperhatikan saat pengelolaan kelas:
1. Memulai pelajaran tepat waktu.
2. Menata tempat duduk yang tepat
dengan cara menyelaraskan antar format dan tujuan pengajaran, misalnya untuk
pengajaran dengan menggunakan model diskusi, bangku siswa dibentuk setengah
lingkaran.
3. Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4. Menetapkan aturan dan prosedur
dengan jelas dan dapat dilaksanakan dengan konsisten.
5. Peralihan yang mulus antarsegmen
pelajaran.
6. Siswa yang berbicara pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
7. Pemberian pekerjaan rumah.
8. Mempertahankan momentum selama
pelajaran.
9. Downtime, kelebihan waktu yang dimiliki oleh
siswa pada saat melakukan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.
Selain cara di atas, strategi
pengelolan kelas yang efektif juga dapat dilakukan dengan beberapa teknik:
1. Teknik mendekati
2. Teknik memberikan isyarat
3. Teknik mengadakan humor
4. Teknik tidak mengacuhkan
5. Teknik yang keras.
6. Teknik mengadakan diskusi secara
terbuka
7. Teknik memberikan penjelasan tentang
prosedur.
8. Mengadakan analisis
9. Mengadakan perubahan kegiatan
10. Teknik menghimbau
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pengelolaan
kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru
dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar di kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat
waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan
orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Dalam
pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu guru dan
siswa.Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:
1. Agar pengajaran dapat dilakukan
secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha
memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru
mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai
siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam
mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan
pengajaran pada masa mendatang
4. Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara
khusus dibagi menjadi dua yaitu: tujuan untuk siswa dan tujuan untuk guru.
Di samping ada tujuan ada pula
masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kelas yang dibagi atas 2 jenis yaitu
masalah individu dan masalah kelompok.
Peran guru merupakan salah satu
faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di
dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman,
2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
1. Guru sebagai Demonstrator
2. Guru sebagai Evaluator
3. Guru sebagai Pengelola Kelas
4. Guru sebagai Fasilitator
Dalam pengelolaan kelas harus diperhatikan dengan
strategi yang efektif:
1. Memulai pelajaran tepat waktu.
2. Menata tempat duduk yang tepat
dengan cara menyelaraskan antar format dan tujuan pengajaran, misalnya untuk
pengajaran dengan menggunakan model diskusi, bangku siswa dibentuk setengah
lingkaran.
3. Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4. Menetapkan aturan dan prosedur dengan
jelas dan dapat dilaksanakan dengan konsisten.
5. Peralihan yang mulus antarsegmen
pelajaran.
6. Siswa yang berbicara pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
7. Pemberian pekerjaan rumah.
8. Mempertahankan momentum selama
pelajaran.
9. Downtime, kelebihan waktu yang
dimiliki oleh siswa pada saat melakukan tugas-tugas dalam proses belajar
mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.
Akan tetapi ada hal-hal yang harus di hindari:
1. Campur tangan yang berlebihan
2. Kelenyapan
3. Ketidaktepatan memulai dan
mengakhiri kegiatan
4. Penyimpangan
5. Bertele-tele
6. Pengulangan penjelasan yang
tidak perlu
B.
Saran.
Guru sebagai
tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja
tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan
kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena
itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang
pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan
salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan
yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah air.
Adapun beberapa saran agar tercapai
pengelolaan kelas dapat dimaksimalkan:
a.
Bagi
Sekolah.
1.
pelaksanaan
pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru–guru di
suatu sekolah apabila sudah berjalan dengan baik, hendaknya ditindak lanjuti
dengan supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun instruktur
mata pelajaran yang serumpun,
- untuk meningkatkan kompetensi profesional perlu ditindak lanjuti dengan pengadaan diklat tentang quantum learning dan quantum teaching,
- pemberian motivasi belajar siswa adalah tersedianya fasilitas dan media pembelajaran yang memadai di suatu sekolah, oleh karena itu sekolah perlu menyediakan tenaga khusus untuk mengelola laboratorium beserta peralatannya sehingga pada saat guru mengajar fasilitas dan media itu sudah tersedia dan siap pakai, otomatis perawatan dan kebersihan media terpelihara,
- berusaha dalam meningkatkan disiplin siswa baik dalam sistemnya maupun pelaksanaanya.
- Untuk Dinas Pendidikan,
1. memberikan sumbangan pemikiran dan
masukan, peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan manajemen kelas dalam
pembelajaran,
2. dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi, hendaknya aspek perilaku dan kepribadian tetap menjadi kriteria
kenaikan kelas dan kriteria pelulusan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan
Institusi Pendidikan Tinggi.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen
Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan
pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popi, Sopiatin. 2010. Manajemen
Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Cilegon: Ghalia Indonesia.
Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk
Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 1998. Jakarta: Depdikbud.
Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs.
Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta:PT Asdi Mahasatya,2006